Sunday, December 25, 2011

Buku yang lain

Ini adalah sebuah buku lain tentang belajar di rumah yang saya temukan saat jalan-jalan di pameran buku IKAPI Bandung.  Entah tahun berapa, ha, dasar pelupa!  Mungkin sekitar tahun 2008.
Judulnya  menggelitik :  Belajar tanpa Sekolah.   Judul Asli: The Unschooling Handbook: How to Use Whole World As Your Child’s Classroom (1998), Penulis: Mary Graffith,  Penerjemah: Mutia Dharma, Penerbit: Nuansa Cendekia Bandung, Cetakan: I, 2007. Tebal: 240 halaman

Buku ini berisi metoda sekolah di rumah yang tidak mengikuti kurikulum tertentu.  Yang saya tangkap : minat anak menjadi titik tolak pembelajaran.  Misal : anak tertarik kucing, maka masuklah berbagai pelajaran disitu (biologi : bagian tubuh kucing, matematika : jumlah kaki, geografi : jenis kucing persia, dll).


Sebuah ide pembelajaran yang sangat liar, tapi sangat menarik.  Dibutuhkan orangtua yang 'gesit' melihat dan menangkap minat anaknya.


Dulu saya hanya sanggup membaca beberapa bab saja.  Nah, kini saya akan mulai membacanya lagi... Doakan yaaa, agar bisa mendapat hikmah dari bacaan ini :)

Permulaannya...

Saya sudah lupa, kapan saya membeli buku ini.  Ibuku Guruku : Belajar di Rumah dalam Balutan Kearifan dan Kehangatan (Marty Lane,1998).  Sepertinya waktu Hamka masih berusia kurang dari 2 tahun, deh.  Maklumlah, baru punya anak satu, berbagai buku menarik yang berkaitan dengan pendidikan anak saya beli.

Kalau tidak salah, saya dapat buku ini di bagian bargain book, yang berarti buku ini telah menjadi buku-buku murah yang diobral.  Heran juga, buku bagus begini kok sudah dijual murah. Saya baru tahu belakangan, rupanya di salah satu toko buku besar di Bandung menerapkan sistem hanya 3 bulan display, dan kemudian ditarik dari display (pantesan buku Rumah Qurani susah dicari, padahal banyak yang nanyain). 

Buku ini berisi pengalaman seorang ibu yang mendidik anaknya di rumah, alias tidak pergi sekolah.  Saat itu, saya masih belum melirik untuk melakukan "sekolah rumah".  Dari buku itu saya hanya mengambil ide-ide pembelajaran di rumah yang bisa saya lakukan dengan putra saya yang memang masih belum waktunya untuk pergi sekolah.

Bagi saya saat itu, buku ini sangat menginspirasi, sehingga saya memborong beberapa buah buku ini untuk dijual kembali dan dijadikan hadiah.

Kini, saat Hamka sudah menjadi kakak dari dua orang adik, saya sangat bersyukur telah menemukan buku ini.  Sekarang saya membacanya kembali dalam perspektif seorang ibu yang mulai 'galau' memilihkan sekolah untuk anaknya yang menjelang usia SD... Mudah-mudahan kembali membaca buku ini bisa membantu saya memilihkan mana yang terbaik untuk perjalanan hidup anak-anak. ^_^

I don't Think I Need My Diary

Penyanyi : Mocca
Album : My Diary (2002)
Judul lagu : Me & My Boyfriend


I’ve got a boyfriend now
He’s my dearest pal
He’ll always catch me when I fall
He’s always there when I call
I’ve got a boyfriend now
He always talks so loud
Even in a crowded house
He always shows what he got
I share my dreams and all my stories
I don’t think I need my diary
If you’re teasing me, don’t you worry
I will keep you in my memories
When my boyfriend smiles
The world seems all mine
And all the days seems truly fine
Make me reach up for the sky
Me and my boyfriend now
We’re moving so slow
If you really want to know
Come on and join with the show
I share my dreams and all my stories
I don’t think I need my diary
If you’re teasing me, don’t you worry
I will keep you in my memories
When I’m blue. feel so lonely
No one sits here right beside me
I’m gonna call you just to;
“Hurry, come and see me. It’s so scary and I need you desperately”
I share my dreams and all my stories
I don’t think I need my diary
If you’re teasing me, don’t you worry
I will keep you in my memories
I share my dreams and all my stories
I don’t think I need my diary
If you’re teasing me, don’t you worry
I will keep you in my memories
I share my dreams and all my stories
I don’t think I need my diary
If you’re teasing me, don’t you worry
I will keep you in my memories

Seorang teman menulis sebuah catatan di Facebook tentang dirinya yang tak lagi menulis di diary sejak menikah.   Alasannya ya seperti lagu diatas, suaminya telah menjadi "diary" untuknya karena hampir semua perasaannya telah ia sampaikan pada suaminya, gundah gulana, galau bahagia, senang dan sedih.
Saya pun kiranya merasakan hal yang sama.  Berbagai diary lucu yang dibeli berakhir menjadi media 'orat-oret' bagi anak-anak.  My husband is my boyfriend, dan pada lagu di atas : my boyfriend is my diary.

Kiranya tetap saja ada hal-hal yang kini saya rasakan perlu untuk ditulis.   Apalagi beberapa waktu terakhir saya mengikuti sebuah wacana tentang sekolah di rumah.  Banyak sekali hal-hal baru yang saya rasa perlu dituliskan agar saya tidak lupa, agar saya bisa memaknainya kembali kemudian.

so, diary, let's rock the world... *eh, diary atau blog yaaaa??? .... ^_^

Thursday, July 7, 2011

Senangkan Hati Keluargamu

Entah saya yang lupa ingatan atau bagaimana, tapi sepertinya dahulu saya jarang merasakan jalan-jalan bersama keluarga (ayah-ibu plus kakak).   Jalan-jalan disini dalam arti pesiar liburan loo...  Kalau lihat foto-foto jaman dulu, saya lihat ada foto saya kecil naik kuda waktu ke kebun binatang.  Lalu saat saya SMA, sekeluarga pergi ke dago pakar dan ke Waduk Jatiluhur.  Sudah, itu saja tampaknya.

Lainnya? Mungkin saya pergi sama sekolah, atau ikut saudara.  Dulu sering saya iri sama teman-teman, kok kelihatannya mereka sering ya bisa pergi jalan-jalan bersama keluarga setiap liburan.  Well, semakin besar saya sih jadi bikin pembenaran sendiri saja, liburan buang-buang uang.  :D


Beberapa hari yang lalu, RT tempat kami tinggal sekarang membuat acara liburan ke Pangandaran.  Saya pikir, lumayanlah, kesempatan yang baik untuk mengenal tetangga, walaupun agak ngos-ngosan juga menyisihkan uang untuk acara ini.  Tahu sendiri kan, akhir dan awal tahun ajaran pundi-pundi uang tiba-tiba banyak lubangnya. 

Sempat terpikir juga, untuk tidak jadi ikut.  Ongkos pergi plus sumbangan.  Belum lagi ongkos untuk makan di lokasi, membeli oleh-oleh, jika anak-anak ingin naik perahu dan lain-lainnya.  Alhamdulillah Allah perhatikan kami, ayahnya anak-anak dapat rejeki, maka untuk biaya plus-plus itu dapat diatasi.  Tapi dasar emak-emak.... tetap saja merasa sayang.  Saya pikir uang sebanyak itu tentu bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih bermanfaat daripada sekedar senang-senang.

Namun satu hal yang membuat saya kali ini belajar ikhlas mengeluarkan uang untuk bersenang-senang.  Pelepas perjalanan hari itu adalah Pak RT.  Beliau membuka acara dan membacakan doa.  Diantara doanya beliau menyebutkan sebagai berikut : "Ya Allah, lindungilah perjalanan kami pergi ke Pangandaran ini, kami pergi untuk menyenangkan hati anak-anak kami, hati keluarga kami.".... Wow...pada bait doa ini, saya terkesima. Ya, selama ini saya tak pernah memikirkan hal tersebut. Mudah-mudahan hal ini membuat saya dan suami menjadi lebih semangat mencari tambahan uang...buat jalan-jalan membuat hati keluarga senang.  He..he...

Monday, June 13, 2011

Bumi Berputar

Bumi terus berputar.  Waktu terus berjalan. 
Seringkali kita berada di ruang dan waktu yang kita ingin keluar darinya. 
Seringkali kita merasa ini tak cocok dan itu tak sesuai.

Tapi Tuhan berkata lain.  Itulah yang kau perlukan.  Inilah yang kau butuhkan.
Memang bukan yang kau inginkan....

Bersiap menghadapi kembali perpindahan.   Jika memang itu jalan yang terbaik menurutNya...
ikut sajalah...
Memang rumah jangan disimpan di hati...Simpan saja ia di tanah tempat ia berdiri.
Begitu pun Rumah di Atas Bukit ini....
Satu yang pasti.. We are here now.  ;)

Thursday, May 26, 2011

Rumah di Atas Bukit

Pikir-pikir, nama blog ini kayak judul buku "Little House on The Prairie"... hehe..  Nggak apalah, emang film dan buku itu sangat menginspirasi kok.

Saya namakan blog ini "Rumah Di Atas Bukit" karena memang rumah kami terletak di atas bukit , di kaki gunung Burangrang.  Kalau masuk dari mulut komplek, naiklah terus sampai ke atas, rumah kami ada di sana, di ujung komplek.

Bagi yang memperhatikan Feng Shui, mungkin tak kan memilih rumah kami.  Ia menghadap ke Selatan, dengan pintu menghadap ke jalan menurun yang bermula dari rumah kami dan berujung di lapangan bola di bawah sana. Posisi tusuk sate :)


Tapi untuk kami dan anak-anak....rumah ini seperti surga...  Setelah bertahun-tahun tinggal di kota dengan rumah tanpa halaman dan tetangga menempel di kanan kiri belakang rumah, di rumah ini anak-anak seperti tawanan yang terbebaskan.... :)

Alhamdu-lillaah....bulan depan kan menjadi 1 tahun kami disini.... ^_^

Wednesday, May 25, 2011

Kolam di tengah rumah

Kalau udah kayak gini, siapa yang beresin? hehehe.....